Jumat, 04 September 2009

Seluk-beluk Tentang Mandi

Seluk Beluk Mandi


Pada artikel ini, kami akan menjelaskan mengenai mandi wajib sesuai dengan sunnah Rosulullah yang kami sertai dengan dalil agar kita beramal bukan karena ikut-ikutan. Mandi yang dimaksud disini adalah mandi junub atau mandi besar. Pada artikel ini akan kami bagi menjadi beberapa bahasan, yaitu :

  1. Rukun Mandi

  2. Hal yang disunnahkan (Mustahab) ketika mandi

  3. Keadaan yang mengharuskan kaum muslimin untuk mandi

  4. Keadaan yang disunnahkan (Mustahab) bagi kaum muslimin untuk mandi


1. Rukun Mandi

Rukun mandi ada dua, yaitu niat dan meratakan air keseluruh badan. Dalil untuk rukun yang pertama adalah hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim dari sahabat Umar bin Khoththob :

عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه


artinya : "Dari Amirul mukminin Abu Hafsh Umar bin Khoththob, ia berkata:" Aku mendengar Rosulullah bersabda: 'Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhoan) Allah dan Rosul-Nya, maka hujrahnya itu kepada (keridhoan) Allah dan Rosul-Nya. Dan barang siapa yang hijrohnya karena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya itu kearah apa yang ditujunya.'".


Niat yang benar adalah tidak diucapkan, namun cukup dalam hati saja. Jika kita hendak mandi, maka cukup niatkan dalam hati kita bahwa kita hendak mandi untuk mengangkat hadas besar dari diri kita.

Rukun mandi yang kedua adalah meratakan air ke seluruh badan. Artinya telah sah mandi seseorang jika air telah sampai pada seluruh tubuhnya. Jadi telah sah mandi seseorang dengan cara lompat kedalam kolam renang atau sungai sehingga seluruh badannya terkena air. Namun demikian agar mandi kita mendapatkan pahala yang lebih banyak, hendaknya kita memperhatikan tata cara mandi yang dicontohkan oleh Rosulullah yang bersifat mustahab. Insya Allah akan kami sebutkan pada penjelasan selanjutnya.



2. Hal yang disunnahkan (Mustahab) ketika mandi


Mandi merupakan salah satu bagian dari syari'at Islam yang jika ditunaikan akan mendapatkan pahala. Bahkan jika ditinggalkan dapat mendapatkan dosa, yaitu ketika seseorang yang dalam keadaan junub dan waktu sholat telah tiba. Maka sebelum melaksanakan sholat terlebih dahulu ia wajib melakukan mandi terlebih dahulu. Karena mandi merupakan bagian dari syari'at Islam, maka tentu Rosulullah telah mencontohkan kepada umatnya bagaimana tata cara mandi yang benar. Pada pembahasan ini akan diuraikan tata cara mandi yang disunnahkan, sehingga kita akan mendapatkan pahala jika melakukannya.

  1. Memulai dengan mencuci kedua telapak tangan.

  2. Membasuh kemaluannya dan membersihkannya dengan tangan kiri

  3. Berwudhu sebagaimana wudhu untuk sholat

  4. Mengambil air dan memasukkan jari-jemarinya kepangkal rambut

  5. Menuangkan air keatas kepalanya sebanyak 3 kali

  6. Membasuh seluruh tubuh dengan air

  7. Mencuci kedua kakinya

Dalil hal tersebut adalah dari hadits Rosulullah :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدِ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ


artinya: "Dari Aisyah ia berkata 'Dahulu, jika Rosulullah hendak mandi junub, beliau memulainya dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk sholat. Kemudian beliau mengambil air dan memasukkan jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, beliau tuangkan (air) ke atas kepalanya tiga kali tuangan.Setelah itu beliau guyurseluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya.(HR. Bukhori dan Muslim)


3. Keadaan yang mengharuskan kaum muslimin untuk mandi

  1. Keluarnya mani baik dalam keadaan terjaga atau dalam keadaan tidur

Dalilnya adalah hadits Rosulullah dari sahabat Abu Sa'id Al-Khudri

إِنَّمَا الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ

artinya : "Sesungguhnya air (mandi) itu disebabkan oleh air (keluarnya mani)" (HR. Muslim)


Dan dari Ummu Salamah


عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَتْ يَا

رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحِى مِنَ الْحَقِّ ، فَهَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ غُسْلٌ إِذَا احْتَلَمَتْ فَقَالَ « نَعَمْ إِذَا رَأَتِ الْمَاءَ»

artinya : "Dari Ummu Salamah, berkata telah datang Ummu Sulaim kepada Rosulullah dan berkata:' Wahai Rosulullah, sesungguhnya Alloh tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang wanita wajub mandi jika mimpi bersetubuh? Beliau berkata "Ya, jika dia melihat air". (HR. Bukhori dan Muslim)


Sehingga yang menjadi ukuran untuk mandi bagi orang yang mengeluarkan mani saat tidur adalah dijumpai adanya air mani ketika ia bangun, walaupun ia bermimpi bersetubuh atau tidak.


Disyaratkan adanya syahwat jika keluarnya mani dalam keadaan terjaga (tidak tidur). Berdasarkan hadits Nabi :

إذا حذفت فاغتسل من الجنابة وإذا لم تكن حاذفا فلا تغتسل

artinya : "Apabila engkau memancarkan air (mani) maka mandilah karena junub. Jika tidak memancarkannya, maka engkau tidak wajib mandi". (Hasan Shohih HR. Ahmad)


Berkata Syaukani dalam Nailul Authaar, Memancarkan adalah melontarkan. Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa diiringi dengan syahwat. Sehingga jika keluarnya mani tidak disertai dengan syahwat, melainkan karena sakit atau hawa dingin, tidak mewajibkan bagi orang tersebut untuk mandi.


  1. Jimak (berhubungan suami istri) walaupun tidak mengeluarkan mani

Dalilnya adalah hadits Rosulullah dari sahabat Abu Huroiroh :

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ وَأَجْهَدَ نَفْسَهُ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ أَنْزَلَ أَوْ لَمْ يُنْزِلْ

artinya : "Apabila duduk seorang laki-laki diantara keempat cabang istrinya, dan ia membuatnya kepayahan (bersetubuh), maka ia wajib mandi. Baik mengeluarkan mani atau tidak. (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad dan yang lainnya. Ini lafadz Ahmad)


  1. Orang kafir yang masuk kedalam Islam

Dalilnya adalah hadits Rosulullah dari Qois bin 'Ashim

أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

Ia (Qois bin 'Ashim) menceritakan ketika dirinya masuk Islam, Rosulullah memerintahkan dirinya untuk mandi dengan air dan daun bidara (Hadits Sohih Diriwayatkan oleh Imam Nasa-i).


  1. Sucinya wanita dari haidh dan nifas

Dalilnya adalah hadits Rosulullah dari 'Aisyah, Nabi berkata kepada Fathimah binti Abi Khubaisyi :

إذا أقبلت الحيضة فدعي الصلاة وإذا أدبرت فاغسلي عنك الدم وصلي

artinya : Jika datang Haidh, maka tinggalkan lah sholat. Dan jika telah lewat, maka mandi dan sholatlah. (HR. Bukhori dan Muslim)


4. Keadaan yang disunnahkan (Mustahab) bagi kaum muslimin untuk mandi

Terdapat beberapa keadaan yang disunahkan bagi kaum muslimin untuk mandi, yaitu :

  1. Mandi pada setiap mengulangi jimak

عَنْ أَبِى رَافِعٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- طَافَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى نِسَائِهِ يَغْتَسِلُ عِنْدَ هَذِهِ وَعِنْدَ هَذِهِ. قَالَ فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَجْعَلُهُ غُسْلاً وَاحِدًا قَالَ « هَذَا أَزْكَى وَأَطْيَبُ وَأَطْهَرُ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَحَدِيثُ أَنَسٍ أَصَحُّ مِنْ هَذَا

artinya: " Dari Abi Rofi': Pada suatu malam Nabi menggilir istri-istrinya. Beliau mandi setiap selesai dari fulanah dan dari si fulanah. Dia (Abi Rofi') berkata, "Wahai Rosulullah, kenapa anda tidak mandi sekali saja?" Rosulullah berkata "Yang demikian ini lebih suci, lebih baik, dan lebih bersih." (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Abu Daud)


  1. Mandi bagi wanita Istihadhoh setiap hendak mengerjakan sholat fardhu

Diperbolehkan bagi wanita yang mengalami Istihadhoh untuk menjamak sholatnya antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan 'Isya, dan Shubuh dengan sekali mandi pada setiap kali waktu jamak sholat. Jadi jumlahnya terdapat 3 kali mandi untuk 5 kali sholat fardhu (sehari semalam). Dalilnya adalah hadits rosulullah dari 'Aisyah

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ بِنْتَ جَحْشٍ اسْتُحِيضَتْ فِى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَمَرَهَا بِالْغُسْلِ لِكُلِّ صَلاَةٍ

artinya : Dari 'Aisyah, ia berkata sesungguhnya Ummu Habibah istihadhoh pada zaman Rosulullah, lalu Beliau menyuruhnya mandi pada setiap akan sholat... (Hadits Shohih diriwayatkan oleh Abu Daud)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتِ اسْتُحِيضَتِ امْرَأَةٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأُمِرَتْ أَنْ تُعَجِّلَ الْعَصْرَ وَتُؤَخِّرَ الظُّهْرَ وَتَغْتَسِلَ لَهُمَا غُسْلاً. وَأَنْ تُؤَخِّرَ الْمَغْرِبَ وَتُعَجِّلَ الْعِشَاءَ وَتَغْتَسِلَ لَهُمَا غُسْلاً وَتَغْتَسِلَ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ غُسْلاً

artinya: Dari 'Aisyah ia berkata seorang wanita istihadhoh pada zaman Rosulullah. Lalu ia disuruh memajukan 'Ashar dan mengakhirkan Zhuhur, serta mandi satu kali untuk keduanya. Juga mengakhirkan Maghrib dan memajukan 'Isya, serta mandi satu kali untuk keduanya. Dan mandi satu kali untuk sholat Shubuh. (Hadits Shohih diriwayatkan oleh Abu Daud)


  1. Mandi setelah bangun dari pingsan

Dalilnya adalah berdasarkan hadits dari 'Aisyah yang menceritakan keadaan Rosulullah saat hendak mengimami sholat namun ia sedang sakit parah, dan beliau pingsan berkali-kali. Setiap kali bangun Rosulullah mandi, kemudian pingsan lagi, kemudian bangun dan mandi, lalu pingsan lagi.

ثقل النبي صلى الله عليه و سلم فقال أصلى الناس ؟ قلنا لا وهم ينتظرونك يا رسول الله قال ضعوا لي ماء في المخضب ففعلنا فاغتسل ثم ذهب لينوء فأغمي عليه ثم أفاق فقال أصلى الناس ؟ قلنا لا وهم ينتظرونك يا رسول الله فقال ضعوا لي ماء في المخضب ففعلنا فاغتسل ثم ذهب لينوء فأغمي عليه ثم أفاق فقال أصلى الناس ؟ قلنا لا وهم ينتظرونك يا رسول الله...


artinya : Rosulullah sakit parah. Beliau lalu berkata, "Apakah orang-orang sudah sholat?" Kami berkata, 'Belum, mereka menunggumu wahai Rosulullah'. Beliau berkata, "Letakkan air di bejanaku" Kami pun melakukannya. Beliau lalu mandi kemudian bangkit dengan semangat. Namun beliau pingsan lagi, lalu tersadar dan berkata "Apakah orang-orang sudah sholat?" Kami berkata, 'Belum, mereka menunggumu wahai Rosulullah'. Beliau berkata, "Letakkan air di bejanaku" Kami pun melakukannya. Beliau lalu mandi kemudian bangkit dengan semangat. Namun beliau pingsan lagi, lalu tersadar dan berkata "Apakah orang-orang sudah sholat?" Kami berkata, 'Belum, mereka menunggumu wahai Rosulullah'.... (HR. Bukhori dan Muslim)


  1. Mandi setelah menguburkan mayat orang musyrik

Bedasarkan hadits dari Ali bin Abi Tholib

أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أَبَا طَالِبٍ مَاتَ فَقَالَ اذْهَبْ فَوَارِهِ قَالَ إِنَّهُ مَاتَ مُشْرِكًا قَالَ اذْهَبْ فَوَارِهِ فَلَمَّا وَارَيْتُهُ رَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ لِي اغْتَسِلْ


artinya : Dia (Ali bin Abi Tholib) mendatangi Rosulullah dan berkata 'Sesungguhnya Abu Tholib telah meninggal', maka Rosulullah bersabda "Pergi dan kuburkan dia", Aku berkata 'Sesungguhnya dia (Abu Tholib) meninggal dalam keadaan Musyrik, kemudian Rosul bersabda "Pergi dan kuburkan dia" Ketika aku telah menguburkannya, aku kembali kepada Nabi. Beliau bersabda "Mandilah" (Hadits shohih diriwayatkan oleh imam Nasa-i)

  1. Mandi untuk dua hari raya, hari jum'at dan hari arofah

Berdasarkan riwayat dari Baihaqi dari jalan Syafi'i dari Zadzan. Dia mengatakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Ali tentang mandi. Ali menjawab: Mandilah setiap hari jika engkai mau. Laki-laki itu berkata: Bukan, maksud saya mandi yang benar-benar mandi (yang disyari'atkan dalam agama). Ali berkata: Mandi pada hari Jum'at, hari 'Arofah, hari raya Qurban, dan hari raya 'Idul Fitri.


  1. Mandi setelah memandikan mayat

Dalilnya adalah hadits Rosulullah dari sahabat Abu Hurairoh

مَنْ غَسَّلَ مَيِّتًا فَلْيَغْتَسِلْ

artinya : Barangsiapa yang memandikan mayat, maka hendaklah ia mandi. (Hadits shohih diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

  1. Mandi untuk ihrom saat haji atau umroh

Dalilnya adalah hadits dari sahabat Zaid bin Tsabit

أنه رأى النبي صلى الله عليه و سلم تجرد لإهلاله واغتسل

artinya : Dia (Zaid bin Tsabit) melihat Nabi melepas pakaian berjahit (dan mengenakan pakaian ihrom) serta mandi untuk ihrom. )Hadits hasan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi)


  1. Mandi karena masuk kota mekah

Dalilnya adalah

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ ، كَانَ لاَ يَقْدَمُ مَكَّةَ إِلاَّ بَاتَ بِذِي طُوًي ، حَتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ ، ثُمَّ يَدْخُلَ مَكَّةَ نَهَارًا وَيُذْكَرُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ فَعَلَهُ

artinya : Dari Ibnu 'Umar bahwa dia tidak mendatangi Mekah kecuali bermalam di Dzu Thuwa hingga datang pagi dan dia pun mandi. Kemudian memasuki Mekah pada siang hari. Dia menyebutkan bahwa Nabi pernah melakukannya. (HR. Bukhori dan Muslim, lihat Al-Wajiz fi Fiqhi Sunnah walkitabil 'Aziz)


Sumber : Al-Wajiz fi fiqhissunnah walkitabil 'aziz

Air Dalam Fiqih Islam

AIR


Setiap air yang turun dari langit atau keluar dari bumi adalah suci, sebagaimana firman Allah

وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (48

artinya :"Dan kami turunkan dari langit air yang suci" QS Al-Furqon :48

Juga sabda nabi

هو الطهور ماؤه الحل ميتته

artinya : "Dia (laut) suci airnya dan halal bangkainya."

إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لاَ يُنَجِّسُهُ شَىْء

artinya: "Sesungguhnya air itu suci tidak ternajisi oleh sesuatu apapun"

Air tetap dalam keadaannya yang suci sekalipun bercampur dengan sesuatu yang suci selama tidak keluar dari keaslian (kemutlakan)nya. Artinya air tersebut masih dinamakan air saja, bukan berubah namanya menjadi air susu, air teh, air kopi, dan lain sebagainya. Dasarnya adalah sabda beliau kepada para wanita yang memandikan jenazah putri beliau:

اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ ، وَاجْعَلْنَ فِى الآخِرَةِ كَافُورًا

artinya: "Mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih dengan air dan bidara jika menurut kalian perlu. Dan jadikanlah basuhan terakhir dengan kapur barus atau sedikit dengannya."


Tidaklah air dihukumi dengan najis meskipun terdapat najis didalamnya kecuali jika air tersebut telah berubah. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Sa'id, ia berkata: Rosulullah ditanya, Bolehkan kami berwudhu di sumur budha'ah? Yaitu sumur yang disana dibuang darah haidh, daging anjing, dan kotoran. Nabi bersabda :

الماء طهور لا ينجسه شئ

artinya :"Air itu suci, tidak ternajisi oleh sesuatu apapun"

Ath-Thayibi berkata,' Makna perkataannya, "yang disana dibuang" adalah sumur itu dulu dari aliran beberapa lembah yang kemungkinan didatangi penghuni padang pasir dan membawa kotoran yang ada disekitar rumah mereka tadi. Banjir lantas membawa kotoran yang ada disekitar rumah mereka tadi, dan membawanya ke dalam sumur.


Sumber : Al-Wajiz fi fiqhissunnah walkitabil 'aziz